1. Konsep Teori
Pengertian
-
Apendiksitis adalah suatu peradangan dari apendiks
vermiformis akut yang merupakan jenis yang umum dari abdomen akut dan umumnya
dikarenakan oleh adanya sumbatan pada lemen apendiks (Arif Manjoer. 2000 ;
307).
-
Apendiksitis adalah suatu kasus gawat bedah abdomen
yang paling sering terjadi dikarenakan oleh adanya situasi obstruksi lumen yang
diikuti dengan infeksi bakteri (Soeparman, 1999 : 177).
Etiologi
Menurut Soeparman (1999 : 177) Penyebab timbulnya
apendiksitis adalah obstruksi atau penyumbatan yang disebabkan oleh :
1)
Hiperplasia dari folikel limfoid.
2)
Adanya fekolid dari lumen apendiks.
3)
Adanya benda asing seperti cacing.
4)
Strinktur akurena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya.
5)
Karena sebab lain, misalnya : keganasan : karsinoma.
Patofisiologis
Menurut Arif
Manjoer (2000 : 307) Proses terajdinya apendiksitis sebagai berikut :

Menekan
Dinding Apendik Ferikulasi
pada Bakteri
Mengganggu
Aliran Limfe Nanah
Dinding
Apendik Odema Aliran
Limfe Terganggu
Merangsang
Tunika Serosa Radang nukol dan
mengenai Peritonium
Rasa
Nyeri Rasa
Nyeri Kanan Bawah.
Tanda dan Gejala
a. Menurut Soeparman (1999 : 177)
1)
Nyeri perut kanan
2)
Anoreksia
3)
Panas badan
4)
Mual muntah
5)
Nyeri tekan daerah apendiks.
6)
Pada anak – anak perlu dibedakan dengan simple akut
gastritis edinitis kelenjar mesentum dan limfaginasi pada vaginasi terdapat
demam dan terdapat daerah vektal toucher.
7)
Pada laki – laki dewasa perlu dibedakan dengan batu
ginjal/ batu ureter kanan, hidro nefritis, enteritis regional akut, kuagulasi
testis kanan, epididi,is kanan.
8)
Pada wanita perlu dipikirkan salpingitis fisitel
rupturgraf kanan (biasanya terjadi pada pertengahan menstruasi) piulitis pada
wanita hamil, degenerasi merah dan mioma uteri.
9)
Pada orang tua perlu dipikirkan perforasi ulkusduodenum
kalosistis dari ovari dari ruptur neovisma aorta abdominalis.
b. Menurut Arif Manjoer (2000 :
307)
Keluhan Apendiksitis biasanya bermula dari nyeri didaerah umbilikus atau
peri umbilikus yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2 – 12 jam nyeri akan
beralih ke kuadran kanan bawah, yang akan menetap dan diperberat bila berjalan
atau batuk. Nyeri abdomen kanan bawah akan semakin progresif dalam beberapa jam
dan dengan pemeriksaan seksama akan dapat ditunjukkan dsatu titik dengan nyeri
maksimal.
Komplikasi
Menurut Arif Manjoer (2000 : 307)
1)
Peritonitis umum
2)
Abses apendiks.
3)
Tromboplebitis supuratif.
4)
Abses subfrenitus dan fokal sepsis intraabdominal lain.
Pemeriksaan
Penunjang
Menurut Arief Manjoer (2000 : 307) pemeriksaan
penunjang yang dilakukan meliputi:
1)
Pemeriksaan Laboratorium
§
Pemeriksaan darah : akan terjadi leokositosis
ringan (10.000 – 20.000/ml) dengan peningkatan jumlah netrofil
§
Pemeriksaan urine : pemeriksaan ini diperlukan
untuk membedakannya dengan kelainan pada ginjal dan saluran kemih. Sedimen
dapat normal atau terdapat leokosit dan eritrosit lebih dari normal bila
apendiks meradang, menempel pada ureter atau versikal
2)
Pemeriksaan radiologis
Pada kasus akut tidak diperbolehkan melakukan
barium enema, sedangkan pada apendik sitis kronis tindakan ini dibenarkan.
Pemeriksaan USG dilakukan bila telah terjadi infiltrat apendikularis.
Patoknomik bila terlihat gambaran fekalit. Foto polos abdomen dikerjakan
apabila dari hasil pemeriksaan riwayat sakit dan pemeriksaan fisik meragukan.
Diagnosa
Banding
1)
Gastroentritis akut.
2)
Adenitis Mesenterikum.
3)
Divertikulitis Meckoti
4)
Enteritis regional, amugiasis, ileitis akut, perfusi
ulkus deodem, kolik uteri, salpingitis akut, kehamilan ektopik etrganggu, dan
kista ovari
(Arif Manjoer, 2000 : 307)
Penatalaksanaan
Pada pasien apendiksitis dapat dilakukan tindakan
secara operatif dan konservaif :
1)
Operatif
Dilakukan tindakan apendiktomy
a.
Intervensi pra bedah
Menurut Barbara Engram (1999 : 732)
Interfensi para bedah yang akan dibuat dan dilaksanakan :
1.
Kaji pemahaman prosedur operasi dan hasilnya dengan
menggunakan pernyataan sederhana.
2.
Pemeriksaan fisik berdasarkan surve umum untuk membuat
nilai-nilai dasar.
3.
Kaji perasaan pasien dan masalah tentang pembedahan
yang menggunakan pernyataan sederhana.
4.
Periksa hasil pemeriksaan laboratorium pra operasi.
5.
Beri kebebasan pemilihan pelayanan sebelum
menandatangani inforamed consent, perawat memberi peluang kepada proses yang
harus menjamin surat persetujuan ditandatangani pra operasi.
6.
Puasakan setelah tengah malam untuk menurunkan resiko
muntah dan aspirasi saat dianastesi.
7.
Bersihkan kulit dengan hati-hati
8.
Kenalkan pada pasien tentang bedah dan respon
psikologis.
9.
Obat-obatan pra anastesi diberikan untuk mengurangi
cemas, mempertahankan keadaan darurat anastesi, menurangi sekresi dan mencegah
gradikarat.
b.
Intervensi pasca bedah
Menurut Barbara Engram (1999 : 789)
1.
Observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terajdinya
perdarahan di dalam, syok hipertermi dan gangguan pernafasan.
2.
Kaji tingkat kesadaran
3.
Auskultasi bunyi nafas
4.
Kaji kulit
§
Warna, bengkak, suhu (hangat, kering, dingin,
lembab)
5.
Inspeksi status balutan
6.
Kaji terhadap nyeri / mual
7.
Kaji status alat intrusive
§
Infus IV
§
Alat drainase luka
§
Kateter foley
§
Selang NG untuk penghisapan
8.
Periksa laporan
ruang pemulihan
9.
Evaluasi kembalinya refleks gag
10.
Periksa laporan operasi terhadap tipe anastesi yang
diberikan dan lamanya waktu di bawah anastesi
11.
Pertahankan kenyamanan dan keamanan
§
Pencegahan cedera
§
Mengusahakan kenyamanan fisik
§
Mengusahakan kenyamanan fisiologis
2)
Konservatif
Mengurangi atau mencegah
terjadinya komplikasi, misalnya dengan memberikan penatalaksanaan seperti dalam
peritonitis akut. Dengan demikian, gejala apendiksitis akut akan mereda.
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Identitas
Penyakit ini dapat menyerang semua jenis kelamin baik laki-laki maupun
perempuan, dan semua umur tetapi yang tersering menyerang laki – laki berumur
antara 10 sampai 30 tahun.
Keluhan Utama
Nyeri
Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri pada perut kanan bawah, nyeri seperti teriris,
kualitas nyeri intermitten.
Riwayat Penyakit Dahulu
Cadangan karsinoma dapat merupakan faktor predisposisi terjadinya
apendiksitis, klien menderita hipertensi ataupun militus dapat mengalami
keterlambatan penyembuhan luka post apendiktomy.
Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah klien mempunyai penyakit diabetes militus dan
hipertensi.
Pemeriksaan
Fisik
1)
Sirkulasi : adanya takikardi (Nadi > 100 x/menit)
2)
Filminasi : konstipasi radang diare, perut kembung, bising
usus berkurang/ tidak ada, distansi abdomen, nyeri tekan kekakuan.
3)
Nutrisi :
mual muntah
4)
Kenyamanan : nyeri didaerah abdomen, epigastrion dan
umbilikalis.
5)
Panas :
panas
6)
Pernafasan : tacypnea, pernafasan dangkal.
Diagnosa
Keperawatan yang Mungkin Terjadi
- Nyeri berhubungan dengan faktor pembedahan.
- Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan faktor pembedahan.
- Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan faktor keterbatasan mobilitas skunder terhadap pembedahan.
- Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan, hilangnya cairan tubuh secara tidak normal seperti nel kateter dan lain – lain.
Intervensi
Keperawatan
1)
Diagnosa Keperawatan I
Tujuan :
Nyeri berkurang/ hilang
Kriteria hasil : Melaporkan
nyeri hilang/ terkontrol, tampak rileks, mampu tidur/ istirahat dengan tepat.
Intervensi :
·
Pantau : tensi, nadi dan pernafasan setiap 4
jam, intensitas nyeri, tingkat kesadaran.
R/ Untuk
mengenal indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
·
Berikan obat analgesik
R/ Klien yang
dapat menilai intensitas nyeri, sebab nyeri adalah pengalaman yang subjektif.
Analgesik yang kuat diperlukan untuk nyeri lebih hebat.
·
Bantu klien untuk mengambil posisi yang nyaman.
R/ Mengurangi
penekanan dan mencegah otot – otot tegang, membantu menurunkan rasa tidak
nyaman.
·
Berikan istirahat sampai nyeri hilang.
R/ Istirahat
memerlukan pengeluaran energi, vasokonstriksi perifer terjadi nyeri yang hebat.
·
Jika diresepkan analgesik IV, aturlah analgesik secara
rutin selama 24 jam pertama, tidak menunggu pasien memintanya.
R/ Mempertahankan
kadar gula darah yang konsisten dari analgesik merupakan pengendali yang baik.
2)
Diagnosa Perawatan 2
Tujuan : Infeksi dapat dicegah
Kriteria Hasil : Meningkatkan
penyembuh luka dengan benar, bebas tanpa infeksi.
Intervensi :
·
Pantau : suhu badan tiap 4 jam, keadaan luka
ketika melakukan perawatan luka. Hasil laporan JDL terutama jumlah leukosit
(SDP).
R/ Mengidentifikasi
adanya kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
·
Jika suhu meningkat hingga 368 C
selama 48 jam, mulailah memperhatikan paru – paru tiap jam dan menambah intake
cairan melalui mulut, jika tidak ada kontra indikasi, beritahu dokter jika suhu
diatas
368 C.
368 C.
R/ Suhu diatas
normal dalam waktu 8 jam pertama mengidentifikasi atelektasis, oleh karenanya
setiap hari ke-5 pasca operasi meningkatkan infeksi luka atau infeksi lain.
·
Ganti verban sesuai aturan dengan menggunakan
teknik aseptik.
R/ Verban yang
lembab merupakan media klultur untuk pertumbuhan bakteri dengan mengikuti
teknik aseptik akan mengurangi resiko kontaminasi.
·
Berikan antiseptik yang ditentukan jika terdapat
demam.
R/ Antiseptik
memperbaiki termotik dalam otak untuk mengatasi semua.
3)
Diagnosa Keperawatan 3
Tujuan : Klien dapat melakukan personal hygiene.
Kriteria hasil : Mampu melaksanakan aktivitas perawatan diri
secara mandiri.
Intervensi :
·
Tentukan aktivitas bantuan yang diperlukan,
berikan bantuan dengan aktivitas kerja sehari – hari sesuai keperluan
membiarkan klien sebanyak mungkin untuk dirinya.
R/ Mendorong
kemandirian klien untuk melaksanakan aktivitas.
·
Berikan waktu yang cukup bagi klien utnuk
melaksanakan aktivitas..
R/ Membebani
klien dengan aktivitas menyebabkan frustasi.
·
Menaruh bel ditempat yang mudah dijangkau.
R/ Memberikan
rasa nyaman pada waktu klien membutuhkan petugas.
4)
Diagnosa Keperawatan 4
Tujuan : Volume cairan seimbang
Kriteria hasil : Mendemonstrasi
keseimbangan cairan adekuat ditunjukkan dengan adanya tanda – tanda vital
stabil.
Intervensi :
·
Ukur dan catat pengeluaran dan masukan (termasuk
pengeluaran dan masukan, termasuk pengeluaran gastrointestinal kaji ulang
catatan intra koperasi).
R/ Dokumentasi
yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan / kebutuhan
penggantian dan pilihan – pilihan yang mempengaruhi intervensi.
·
Kaji pengeluaran uvinaris, terutama untuk tipe
prosedur operasi yang dilakukan..
R/ Mungkin akan
terjadi penurunan ataupun penghilangan setelah prosedur pada sistem
genitovinarius dan atau struktur yang berdekatan.
·
.Pantau tanda – tanda vital
R/ Hipotensi,
tachicardi, peningkatan pernafasan, mengindikasikan, kekurangan cairan.
·
Kolaborasi
R/ gantikan
kehilangan cairan yang telah didokumentasikan, catat waktu penggantian volume
sirkulasi yang potensial bagi penurunan komplikasi, misal ketidak seimbangan
elektrolit, dehidrasi, pingsan, kardiovaskuler.
·
Pasang kateter uvinarius dengan atau uvimeter
sesuai kebutuhan.
R/ Memberikan
mekanisme untuk memantau pengeluaran vinarius secara akurat.
·
Berikan kembali pemasukan oval secara berangsur
– angsur sesuai petunjuk.
R/ Pemasukan
oval tergantung kepada pengembalian fungsi gastrointestinal.
Implementasi
Tindakan keperawatan (implementasi) dilaksanakan
sesuai dengan intervensi yang telah dibuat
Evaluasi
Menilai keberhasilan dari interfensi
yang telah dilaksanakan
DAFTAR PUSTAKA
Dongoes, Marylin (2000), Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3, EGC, Jakarta.
Engram, Barbara (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikel Bedah, Volume 1, Volume
3, EGC, Jakarta.
Mansjoer, Arif, dkk (2000), Kapita Selekta
Kedokteran, Jilid 2, Edisi 3 Media Auscalipus, FKUI, Jakarta.
Rothrock, Jane C (2000), Perencanaan Asuhan
Keperawatan Perioperatif, EGC, Jakarta.
Soeparman, Sarwono, (1999), Ilmu Penyakit Dalam Jilid
2, Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.