ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK PRA SEKOLAH DENGAN
ASMA BRONKIAL.
Definisi:
Asma disebut juga sebagai reactive
air way disease (RAD), adalah suatu penyakit obstruksi pada jalan nafas secara
riversibel yang ditandai dengan bronchospasme, inflamasi dan peningkatan
sekresi jalan napas terhadap berbagai stimulan.
Pembagian asma pada anak.
1.
Asma episode yang jarang.
Biasanya terdapat pada anak umur 3 – 8 tahun.
Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi virus saluran nafas bagian atas.
Banyaknya serangan 3 – 4 kali dalam 1 tahun. Lamanya serangan dapat beberapa
hari, jarang merupakan serangan yang berat.
Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari.
Mengi dapat berlangsung kurang dari 3-4 hari, sedang batuk-batuknya dapat
berlangsung 10 – 14 hari. Manifestasi alergi lainya misalnya, eksim jarang
terdapat pada golongan ini. Tumbuh kembang anak biasanya baik, diluar serang
tidak ditemukan kelainan. Waktu remisi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan.
Golongan ini merupakan 70 – 75 % dari populasi asma anak.
2.
Asma episode yang sering.
Pada 2/3
golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun. Pada
permulaan, serangan berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5
– 6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang tua
menghubungkan dengan perubahan udara, adanya alergen, aktivitas fisik dan stress.
Banyak yang tidak jelas pencetusya. Frekwensi serangan 3 – 4 kali dalam 1
tahun, tiap serangan beberapa hari sampai beberapa minggu. Frekwensi serangan
paling tinggi pada umur 8 – 13 tahun. Pad golongan lanjut kadang-kadang sukar dibedakan dengan golongan
asma kronik ataui persisten. Umumnya gejala paling jelek terjadi pada malam
hari dengan batuk dan mengi yang akan mengganggu tidurnya. Pemeriksaan fisik di
luar serangan tergantung frekwensi serangan. Jika waktu serangan lebih dari 1 –
2 minggu, biasanya tidak ditemukan kelainan fisik. Hay Fever dapat ditemukan
pada golongan asma kronik atau persisten. Gangguan pertumbuhan jarang terjadi .
Golongan ini merupakan 2-0 % dari populasi asma pada anak.
3.
Asma kronik atau persisten.
Pada 25 % anak golongan ini serangan pertama
terjadi sebelum umur 6 bulan; 75 % sebelum umur 3 tahun. Pada lebih adari 50 %
anak terdpat mengi yang lama pada dua tahun pertama, dan 50 % sisanya
serangannya episodik. Pada umur 5 – 6 tahun akan lebih jelas terjadinya
obstruksi saluran nafas yang persisten dan hampir selalu terdapat mengi setiap
hari; malam hari terganggu oleh batuk dan mengi. Aktivitas fisik sering
menyebabkan mengi. Dari waktui ke waktu terjadiserangan yang berat dan sering
memerlukan perawatan di rumah sakit.
Terdapat juga gologan yang jarang mengalami
serangan berat, hanya sesak sedikit dan mengisepanjang waaktu. Biasanya setelah
mendapatkan penangan anak dan orang tua baru menyadari mengenai asma pada anak
dan masalahnya. Obstruksi jalan nafas mencapai puncakya pada umur 8 – 14 tahun,
baru kemudian terjadi perubahan, biasanya perbaikan. Pada umur dewasa muda 50 %
golongan ini tetap menderita asma
persisten atau sering. Jarang yang betul-betul bebas mengi pada umur dewasa muda.
Pada pemeriksaan fisik jarang yang normal; dapat terjadi perubahan bentuk
thoraks seperti dada burung (Pigeon Chest), Barrel Chest dan terdapat sulkus
Harison. Pada golongan ini dapat terjadi gangguan pertumbuhan yakni, bertubuh
kecil. Kemampuan aktivitas fisik kurangsekali, sering tidak dapat melakukan
olah raga dan kegiatan lainya. Juga sering tidak masuk sekolah hingga prestasi
belajar terganggu. Sebagian kecil ada mengalami gangguan psiko sosial.
Pencetus:
1.
Alergen.
tor allergi dianggap mempunyai peranan pad sebgian
besar anak dengan asma. Disamping itu hiper reaktivitas saluran nafas juga
merupakan faktor yang penting. Bila tingkat hiper reaktivitas bronchus tinggi,
diperlukan jumlah allergen yang sedikit dansebaliknya jika hiper reaktivitas
rendah diperlukan jumlah antigen yang lebih tinggi untuk menimbulkan serangan
asma.
Sensitisasi tergantung pada lama dan intnsitas
hubungan dengan bahan alergen berhubungan dengan umur. Bayidan anak kecil
sering berhubungan dengan sisi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih atau
bulu binatang, spora jamur yang terdapat di rumah. Dengan bertambahnya umur
makin banyak jenis allergen pencetusnya. Asma karena makanan sering terjadi
pada bayi dan anak kecil.
2.
Infeksi.
Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan
anak. Virus yang menyebabkan ialah respiratory syncytial virus (RSV) dan virus
para influenza. Kadang-kadang karena bakteri misalnya; pertusis dan
streptokokus, jamur, misalnya Aspergillus dan parasit seperti Askaris.
3.
Iritan.
Hair spray,
minyak wangi, semprot nyamuk, asap rokok, bau tajam dari cat, SO2 dan polutan udara lainya dapat memacu serangan
asma. Iritasi hidung dan batuksendiri dapat menimbulkan refleks
bronkokonstriksi.
4.
Cuaca.
Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara,
angin dan kelembaban udara berhubungan dengan
percepatan dan terjadinya serangan asma
5.
Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik
sepeda dapat memicu serangan asma. Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan
dapat merupakan pencetus. Pasien dengan faal paru di bawah optimal amat rentan
terhadap kegiatan jasmani.
6.
Infeksi saluran nafas.
Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut
maupun kronis dapat memudahkan terjadinya sma pada anak. Rinitis alergika dapat
memberatkan asma melalui mekanisme iritasi atau refleks.
7.
Faktor psikis.
Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh
diabaikan dan sangat kompleks. Tidak adanya perhatian dan / atau tidak mau
mengakui persolan yang berhubungan dengan
asma oleh anak sendiri / keluarganya akan menggagalkan usaha pencegahan.
Sebaliknya terlalu takut terhadap adanya serangan atau hari depan anak juga
dapat memperberat serangan asma.
Serangan asma dapat timbul disebabkan berbagai
pencetus bersamaan misalnya pada anak dengan pencetus alergen sering disertai
pencetus non allergen yang dapat mempercepat dan memperburuk serangan. Faktor
pencetus adalah alergen dan infeksi; diduga infeksi virus memperkuat reaksi
pencetus alergenik maupun non alergenik. Serangan dapat terjadi pada seorang
anak setelah mendapat infrksi virus pada saluran nafas atas kemudian berlari-lari
pada udara dingin.
Patofisiologi
§ Asma pada anak terjadi adanya penyempitan
pada jalan nafas dan hiperaktif dengan respon terhadap bahan iritasi dan
stimulus lain.
§
Dengan adanya bahan iritasi atau allergen
otot-otot bronkus menjadi spasme dan zat antibodi tubuh muncul (immunoglobulin
E atau IgE) dengan adanya alergi. IgE
di muculkan pada reseptor sel mast dan akibat ikatan IgE dan antigen
menyebabkan pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya. Mediator
tersebut akan memberikan gejala asthma.
§
Respon astma terjadi dalam tiga tahap : pertama
tahap immediate yang ditandai dengan
bronkokontriksi (1-2 jam); tahap delayed
dimana brokokontriksi dapat berulang dalam 4-6 jam dan terus-menerus 2-5 jam
lebih lama ; tahap late yang ditandai
dengan peradangan dan hiperresponsif
jalan nafas beberapa minggu atau bulan.
§ Asma juga dapat terjadi faktor pencetusnya
karena latihan, kecemasan, dan udara dingin.
§ Selama serangan asthmatik, bronkiulus
menjadi meradang dan peningkatan sekresi mukus. Hal ini menyebabkan lumen jalan
nafas menjadi bengkak, kemudian meningkatkan resistensi jalan nafas dan dapat
menimbulkan distres pernafasan
§
Anak yang mengalami astma mudah untuk inhalasi
dan sukar dalam ekshalasi karena edema pada jalan nafas.Dan ini menyebabkan
hiperinflasi pada alveoli dan perubahan pertukaran gas.Jalan nafas menjadi
obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi 02,
sehingga terjadi penurunan P02 (hipoxia).Selama serangan astmatikus,
CO2 tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan nafas selama
ekspirasi, dan menyebabkan acidosis
respiratory dan hypercapnea. Kemudian sistem pernafasan akan mengadakan
kompensasi dengan meningkatkan pernafasan (tachypnea),
kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar CO2
dalam darah (hypocapnea).
Alergen, Infeksi, Exercise (Stimulus Imunologik dan Non Imunologik)
Alergen, Infeksi, Exercise (Stimulus Imunologik dan Non Imunologik)

Merangsang sel B untuk membentuk IgE
dengan bantuan sel T helper

IgE diikat oleh sel mastosit melalui
reseptor FC yang ada di jalan napas

Apabila tubuh terpajan ulang dengan
antigen yang sama, maka antigen tersebut akan diikat oleh IgE yang sudah ada
pada permukaan mastosit

Akibat ikatan antigen-IgE, mastosit mengalami
degranulasi dan melepaskan mediator radang (histamin)

Peningkatan permeabilitas kapiler (edema
bronkus)
Peningkatan produksi mukus (sumbatan
sekret)
Kontraksi otot polos secara langsung atau
melalui persarafan simpatis (N.X)

Hiperresponsif
jalan napas

Asma

- Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif pola nafas berhubungan dengan bronkospasme, edema mukosa dan meningkatnya produksi sekret.
- Fatigue berhubungan dengan hypoxia meningkatnya usaha nafas.
- Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distress pernafasan
- Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya pernafasan dan menurunnya intake cairan
- Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik
- Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan pengobatan
Komplikasi
- Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
- Chronik persistent bronchitis
- Bronchiolitis
- Pneumonia
- Emphysema.
Etiologi
- Faktor ekstrinsik :reaksi antigen- antibodi; karena inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang).
- Faktor intrinsik; infeksi : para influenza virus, pneumonia,Mycoplasma..Kemudian dari fisik; cuaca dingin, perubahan temperatur. Iritan; kimia.Polusi udara (CO, asap rokok, parfum). Emosional; takut, cemas, dan tegang. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.
Manifestasi klinis
- Auskultasi :Wheezing, ronki kering musikal, ronki basah sedang.
- Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesori pernafasan, cuping hidung, retraksi dada,dan stridor.
- Batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental dan lumen jalan nafas sempit.
- Tachypnea, orthopnea.
- Diaphoresis
- Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan.
- Fatigue.
- Tidak toleransi terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan, bahkan bicara.
- Kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaran.
- Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest) akibat ekshalasi yang sulit karena udem bronkus sehingga kalau diperkusi hipersonor.
- Serangan yang tiba-tiba atau berangsur.
- Bila serangan hebat : gelisah, berduduk, berkeringat, mungkin sianosis.
- X foto dada : atelektasis tersebar, “Hyperserated”
Pemeriksaan Diagnostik
- Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
- Foto rontgen
- Pemeriksaan fungsi paru; menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil biasanya meningkat dalam darah dan sputum
- Pemeriksaan alergi
- Pulse oximetri
- Analisa gas darah.
Penatalaksanaan Serangan Asma Akut :
- Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral.
§ Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000,
subkutan. Bila perlu dapat diulang setiap 20 menit sampai 3 kali.
§
Dilanjutkan atau disertai salah satu obat
tersebut di bawah ini (per oral) :
a.
Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi
bronkospasme :
Þ
Efedrin : 0,5 – 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24
jam
Þ
Salbutamol : 0,1-0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Þ
Terbutalin : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jam
Efeknya tachycardia, palpitasi, pusing, kepala,
mual, disritmia, tremor, hipertensi dan insomnia, . Intervensi keperawatan
jelaskan pada orang tua tentang efek samping obat dan monitor efek samping
obat.
b.
Golongan
Bronkodilator, untuk dilatasi bronkus, mengurangi bronkospasme dan meningkatkan
bersihan jalan nafas.
Þ
Aminofilin
: 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Þ
Teofilin : 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Pemberian
melalui intravena jangan lebih dari 25 mg per menit.Efek samping tachycardia,
dysrhytmia, palpitasi, iritasi gastrointistinal,rangsangan sistem saraf
pusat;gejala toxic;sering muntah,haus, demam ringan, palpitasi, tinnitis, dan
kejang. Intervensi keperawatan; atur
aliran infus secara ketat, gunakan alat infus khusus misalnya infus pump.
c.
Golongan
steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa bronkus. Prednison : 0,5 – 2 mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada
serangan hebat).
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
Identitas
Pada asma episodik yang jarang, biasanya
terdapat pada anak umur 3-8 tahun.Biasanya oleh infeksi virus saluran
pernapasan bagian atas. Pada asma
episodik yang sering terjadi, biasanya
pada umur sebelum 3 tahun, dan
berhubungan dengan infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat
terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.Biasanya orang tua menghubungkan
dengan perubahan cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma
tipe ini frekwensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau persisten terjadi 75%
pada umur sebeluim 3 tahun.Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi
obstruksi saluran pernapasan yang persisten dan hampir terdapat mengi setiap
hari.Untuk jenis kelamin tidak ada perbedaan yang jelas antara anak perempuan
dan laki-laki.
Keluhan utama
Batuk-batuk dan sesak napas.
Riwayat penyakit sekarang
Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas.
Riwayat penyakit terdahulu
Anak pernah menderita penyakit yang sama pada
usia sebelumnya.
Riwayat penyakit keluarga
Penyakit ini ada hubungan dengan faktor
genetik dari ayah atau ibu, disamping
faktor yang lain.
Riwayat kesehatan lingkungan
Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah,
misalnya tungau, serpih atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di
rumah, bahan iritan: minyak wangi, obat semprot nyamuk dan asap rokok dari
orang dewasa.Perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara dapat dihubungkan
dengan percepatan terjadinya serangan asma.
Pemeriksaan Fisik / Pengkajian Persistem
Sistem Pernapasan / Respirasi
Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea, barrel chest,
penggunaan otot aksesori pernapasan, Peningkatan PCO2 dan penurunan
O2,sianosis, perkusi hipersonor, pada auskultasi terdengar wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering
musikal.
Sistem Cardiovaskuler
Diaporesis, tachicardia, dan
kelelahan.
Sistem Persyarafan / neurologi
Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran : gelisah, rewel,
cengeng → apatis → sopor → coma.
Sistem perkemihan
Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang akibat sesak
nafas.
Sistem Pencernaan / Gastrointestinal
Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap makan dan
minum, mukosa mulut kering.
Sistem integumen
Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas.
Diagnosa Keperawatan, Tujuan, Kriteria Hasil, Rencana Intervensi
1.
Gangguan
pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif pola
nafas berhubungan dengan bronkospasme, udem mukosal dan meningkatnya sekret.
Tujuan
: Anak menunjukkan pertukaran gas yang normal, bersihan jalan nafas yang efektif dan pola nafas dalam batas
normal.
Kriteria
hasil : PO2 dan CO2 dalam batas nilai normal, tidak sesak
nafas, batuk produktif, cianosis tdak ada, tidak ada tachypnea,ronki dan
wheesing tidak ada
Intervensi :
1.
Pertahankan
kepatenan jalan nafas; pertahankan support ventilasi bila diperlukan ( oksigen
2 ml dengan kanule ).
2.
Kaji
fungsi pernafasan; auskultasi bunyi nafas, kaji kulit setiap 15 menit sampai 4
jam.
3.
Berikan
oksigen sesuai program dan pantau pulse
oximetry.
4.
Kaji
kenyamanan posisi tidur anak.
5.
Monitor efek
samping pengobatan; monitor serum darah;theophyline dan catat kemudian
laporkan dokter. Normalnya 10-20
ug/ml pada semua usia.
6.
Berikan
cairan yang adekuat per oral atau peranteral
7.
Pemberian
terapi pernafasan; nebulizer, fisioterapi dada, ajarkan batuk dan nafas dalam
efektif setelah pengobatan dan pengisapan sekret ( suction ).
8.
Jelaskan
semua prosedur yang akan dilakukan pada anak untuk menurunkan kecemasan.
9.
Berikan
terapi bermai sesuai usia.
2.
Fatique
berhubungan dengan hipoksia dan meningkatnya usaha nafas.
Tujuan
: Anak tidak tampak fatigue.
Kriteria
: Tidak iritabel, dapat beradaptasi dan aktivitas sesuai dengan
kondisi.
Intervensi :
1.
Kaji tanda dan gejala hypoxia; kegelisahann fatigue,
iritabel, tachycardia, tachypnea.
2.
Hindari
seringnya melakukan intervensi yang tidak penting yang dapat membuat anak
lelah, berikan istirahat yang cukup.
3.
Intrusikan
pada orang tua untuk tetap berada didekat anak.
4.
Berikan
kenyamanan fisik; support dengan bantal dan pengaturan posisi.
5.
Berikan
oksigen humidifikasi sesuai program.
6.
Berikan
nebulizer; kemudian pantau bunyi nafas, dan usaha nafas setelah terapi.
7.
Setelah
krisis, ajarkan untuk aktivitas yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan untuk meningkatkan ventilasi,dan memperluas perkembangan
psikososial.
3.
Kecemasan
berhubungan dengan hospitalisasi dan distres pernafasan.
Tujuan
: Kecemasan
menurun
Kriteria
: Anak
tenang dan dapat mengekspresikan perasaannya, orang tua merasa tenang dan
berpartisipasi dalam perawatan anak.
Intervensi :
1.
Ajarkan
teknik relaksasi; latihan nafas, melibatkan penggunaan bibir dan perut, dan
ajarkan untuk berimajinasi.
2.
Pertahankan
lingkungan yang tenang ; temani anak, dan berikan support.
3.
Ajarkan
untuk ekspresi perasaan secara verbal
4.
Berikan
terapi bermain sesuai dengan kondisi.
5.
Informasikan
tentang perawatan, pengobatan dan kondisi anak.
6.
Jelaskan
semua prosedur yang akan dilakukan.
4.
Resiko
kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya pernafasan dan
menurunnya intake cairan.
Goal : Status
hidrasi adekuat
Kriteria
: Turgor
kulit elastis, membran mukosa lembab, intake cairan sesuai dengan usia dan BB,
output urine > 2 ml/ kg per jam.
Intervensi :
1.
Monitor
intake dan output, mukosa membran, turgor kulit, pengeluaran urin, ukur
grapitasi urin atau berat jenis urin ( nilai 1.003-1030 ).
2.
Monitor elektrolit
3.
Kaji
warna sputum, konsistensi dan jumlah
4.
Pertahankan
terapi parenteral bila indikasi, dan monitor kelebihan caiaran (overload)
5.
Berikan
intake cairan per oral bila toleran, hati-hati minuman yang dapat meningkatkan
bronkospasme ( air dingin ).
6.
Setelah
fase akut, ajarkan anak dan orang tua untuk minum 3-8 gelas (750-2000 ml),
tergantung usia dan berat badan.
5. Perubahan proses keluarga berhubungan
dengan kondisi kronik.
Goal : Orang
tua mendemonstrasikan koping yang tepat
Kriteria
: Mengekspresikan
perasaan dan perhatian serta memberikan aktivitas
yang sesuai usia atau kondisi dan perkembangan psikososial
pada anak.
Intervensi :
1.
Berikan
kesempatan pada orang tua untuk ekspresi perasaan.
2.
Kaji
mekanisme koping sebelumnya pada waktu stress
3.
Jelaskan
prosedur dan pengobatan yang diberikan
4.
Informasikan
kepada orang tua tentang kondisi anak
5.
Identifikasi sumber-sumber psikososial keluarga dan
finansial.
6.
Kurangnya
pengetahuan berhubungan dengan proses
penyakit dan pengobatan.
Goal : Orang
tua secara verbal memahami proses penyakit dan pengobatan
dan mengikuti regimen terapi yang diberikan.
Kriteria
: Berpartispasi
dalam memberikan perawatan pada anak sesuai dengan program medik atau
perawatan.
Intervensi :
1.
Kaji
pengetahuan anak dan orang tua tentang penyakit, pengobatan dan intervensi.
2.
Bantu
untuk mengidentifikasi faktor pencetus.
3.
Jelaskan
tentang emosi dan stres yang dapat menjadi faktor pencetus.
4.
Jelaskan
tentang pentingnya pengobatan; dosis, efek samping, waktu pemberian dan
pemeriksaan darah.
5.
Informasikan
tanda dan gejala yang harus dilaporkan dan kontrol ulang.
6.
Informasikan
pentingnya program aktivitas dan latihan nafas.
7.
Jelaskan
tentang pentingnya terapi bermain sesuai usia.
Perencanaan Pemulangan
Ø Jelaskan proses penyakit dengan
menggunakan gambar-gambar atau phantom.
Ø Fokuskan pada perawatan mandiri di rumah.
Ø Hindari faktor pemicu; kebersihan lantai
rumah, debu-debu, karpet, bulu binatang dan lainnya.
Ø Jelaskan tanda-tanda bahaya akan muncul.
Ø
Ajarkan penggunaan nebulizer.
Ø Keluarga perlu memahami tentang
pengobatan; nama obat, dosis, efek samping, waktu pemberian.
Ø Ajarkan strategi kontrol kecemasan, takut
dan stress.
Ø Jelaskan pentingnya istirahat dan latihan,
termasuk latihan nafas.
Ø Jelaskan pentingnya intake cairan dan
nutrisi yang adekuat.
DAFTAR PUSTAKA
Panitia Media Farmasi dan Terapi. (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi LAB/UPF
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya
Soetjiningsih. (1998). Tumbuh kembang anak . Cetakan kedua. EGC. Jakarta
Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Percetakan
Infomedika Jakarta.
Suriadi dan Yuliana R.(2001) Asuhan Keperawatan
pada Anak. Edisi 1 Penerbit CV Sagung Seto Jakarta.