1.1              Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Nyamuk penularnya ( Aedes Aegypti ) yang tersebar luas sehingga penularannya dapat terjadi di semua tempat. Karena banyaknya kasus demam berdarah yang terjadi negara Indonesia, maka Indonesia berencana meluncurkan hari demam berdarah se-ASEAN (ASEAN Dengue Day) yang disepakati setiap tanggal 15 Juni. Tujuan dari peluncuran ASEAN Dengue Day ini adalah meningkatkan komitmen nasional dan antarnegara anggota ASEAN pada upaya pengendalian demam berdarah, baik pencegahan, penanggulangan, hingga tata laksana sehingga angka kejadian dan kematian akibat DBD bisa ditekan.                       Kasus DBD di Kaltim, tahun 2007 mencapai 5.244 kasus meninggal dunia 102 orang. Tahun 2008 sebanyak 5.777 kasus meninggal 105 orang dan tahun 2009 sebanyak 5.244 kasus meninggal sebanyak 68 orang. Terbanyak penderitanya adalah di Samarinda, Balikpapan dan Kukar dengan angka kematian sebesar 1,9 persen. Berdasarkan dana Dinkes Samarinda tahun 2009 terdapat 1.138 kasus dengan angka kejadian 26/10.000 penduduk. Sedangkan di Indonesia, Dengan jumlah kematian sekitar 1.317 orang tahun 2010, Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus demam berdarah dengue di ASEAN. Untuk itu, Indonesia bekerja sama dengan negara-negara anggota ASEAN dalam membasmi penyakit DBD. Berdasarkan data P2B2, jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2010 ada 150.000 kasus. Menurut Rita, potensi penyebaran DBD di antara negara-negara anggota ASEAN cukup tinggi mengingat banyak wisatawan keluar masuk dari satu negara ke negara lain.
Bila pada kasus anak dengan DHF ini lambat penanganannya, maka akan dapat terjadi komplikasi seperti efusi pleura karena adanya kebocoran lambung akibat meningkatnya permeabilitas membrane, perdarahan pada lambung karena anak mengalami mual dan muntah serta kurangnya nafsu makan, terjadi pembesaran pada hati, limpa dan kelenjar getah bening karena bocornya plasma yang mengandung cairan, dan dapat terjadi syok hipovolemik karena adanya peningkatan nilai hematokrit.
Berdasarkan angka kejadian diatas dan masalah-masalah yang terjadi akibat lambatnya penanganan, maka kelompok akan memberikan asuhan keperawatan pada klien An. W dengan diagnose medis DHF sehingga penulisan dalam makalah ini mengambil judul “ Asuhan Keperawatan Pada Klien An. W dengan Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ).
1.2              Tujuan Penulisan
1.2.1    Tujuan umum
Memberikan gambaran kepada masyarakat tentang penyakit DHF serta agar dapat diaplikasikan asuhan keperawatan pada anak yang terinfeksi DHF.
1.2.2    Tujuan Khusus
Diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan DHF, kelompok akan dapat :
a.                   Memberikan gambaran tentang pengkajian asuhan keperawatan pada anak usia prasekolah tentang penyakit DHF
b.                  Memberikan gambaran tentang diagnose keperawatan yang akan muncul jika seorang anak terinveksi virus dengue.
c.                   Memberikan gambaran tentang intervensi keperawatan pada anak dengan DHF
d.                  Memberikan gambaran tentang implementasi keperawatan pada anak dengan DHF
e.                   Memberikan gambaran tentang evaluasi keperawatan pada anak dengan DHF
f.                   Memberikan gambaran tentang dokumentasi keperawatan pada anak dengan DHF setelah melakukan pengevaluasian dari semua tindakan.
1.3              Manfaat Penulisan
1.3.1        Manfaat bagi mahasiswa
Meningkatkan pengetahuan dan memperoleh pengalaman dalam melakukan asuhan keperawatan pada keluarga secara langsung.
1.3.2        Manfaat bagi institusi pendidikan
Laporan makalah ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur sejauh mana upaya meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga.
1.4              Sistematika Penulisan
Penyusunan makalah ini terdiri dari tiga bab yang disusun dengan urutan :
Bab 1 Pendahuluan
Terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, dan Sistematika Penulisan
Bab 2 Tinjauan Pustaka
Terdiri dari Pengertian, Etiologi, Patofisiologi.
Bab 3 Tinjauan Kasus
Terdiri dari uraian asuhan keperawatan yang berisi pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1       Konsep Dasar Dengue Hemorrhagic Fever
2.1.1   Pengertian
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001).                                                   Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue. (Saroso, 2007)
2.1.2   Etiologi
DHF disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam genus Flavivirus dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Di Indonesia, virus tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yang termasuk dalam grup B dari arthropedi borne viruses ( Arbovirus ), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi oleh salah satu serotype menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipr lain. Virus dengue ini terutama ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti. Nyamuk aedes albopictus,
aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain kurang berperan. Jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh Indonesia kecuali di ketinggian lebih dari 1000 m di atas permukaan laut. Perkembangan hidup nyamuk Aedes Aegypti dari telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12 hari. Hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap darah serta memilih dari manusia untuk memotong telurnya. Sedangkan nyamuk jantan tidak dapat menghisap darah, melainkan hidup Dari sari bunga tumbuh-tumbuhan. Umur nyamuk Aedes Aegypti betina sekitar ± 2 minggu. ( Hadinegoro, 1999 )
2.1.3   Patofisiologi
Virus dengue masuk pertama kali ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk, terinfeksi oleh virus dengue untuk pertama kalinya atau mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Saat virus masuk kedalam peredaran darah melalui gigitan nyamuk, terjadi infeksi virus dengue yang akan merangsang endotoxin,selanjutnya merangsang zat pyrogen dan endogen, mengakibatkan interleukin 1, menggeser set point dari titik normal, sehingga terjadi menggigil, demam, dan terjadi hipertermia mendadak. Dari hipertermi akan meningkatkan stress, merangsang keluarnya histamine, menyebabkan peningkatan HCI, mengiritasi lambung, terjadi mual dan penurunan nafsu makan, masukan yang tidak adekuat sehingga menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi yaitu kurang dari kebutuhan tubuh.
2.1.4   Pemeriksaan penunjang
a. Darah
Pada demam dengue terdapat leucopenia pada hari ke 2 atau ke 3 pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi
b. Air Seni
Mungkin ditemukan albuminuria ringan
2.1.5   Tanda dan gejala
a. Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari ( tanpa sebab jelas )
b. Manifestasi pendarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif dan adanya salah satu bentuk pendarahan yang lain, misalnya : ptekiae, ekimosis, epistaksis, pendarahan gusi, melena atau hematemesis
c. pembesaran hati
d. mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, dan konstipasi
e. Nyeri ulu hati karena adanya pendarahan di lambung, nyeri otot, nyeri  tulang sendi.
f. Syok yang ditandai nadi lemah dan cepat disertai dengan tekanan nadi yang menurun ( 20 mmHg atau kurang ), tekanan darah yang menurun ( tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang ), dan kulit yang teraba dingin dan lembab, terutama pada ujung hidung, jari dan kaki. Penderita gelisah serta timbul sianosis di sekitar mulut.
2.1.6   Penatalaksanaan
Bila anak diduga atau sudah didiagnosa medis DHF, maka hal yang harus dilakukan adalah :
a.       Tirah baring
b.      Beri makanan yang lunak. Apabila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1, - 2 liter dalam 24 jam ( susu, air, dengan gula atau sirup ). Atau air tawar yang ditambahkan dengan garam saja.
c.       Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Hiperpireksia dapat diberikan kompres es di kepala, ketiak dan inguinal. Antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminoferen, eukinin, atau dipiron. Hindari pemberian asetol karena bahaya pendarahan.
d.      Pemberian cairan intravena pada anak tanpa renjatan dilakukan bila anak terus menerus muntah, sehingga tidak mungkin diberi makanan peroral atau didapatkan nilai hematokrit yang terus meningkat ( >40vol% ). Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan glukosa 5 % dalam 1/3 larutan NaCl 0,9% dengan jumlah tetesan 16 x/ menit.
2.1.7   Prognosis
Kasus DBD di Kaltim, tahun 2007 mencapai 5.244 kasus meninggal dunia 102 orang. Tahun 2008 sebanyak 5.777 kasus meninggal 105 orang dan tahun 2009 sebanyak 5.244 kasus meninggal sebanyak 68 orang. Terbanyak penderitanya adalah di Samarinda, Balikpapan dan Kukar dengan angka kematian sebesar 1,9 persen. Berdasarkan dana Dinkes Samarinda tahun 2009 terdapat 1.138 kasus dengan angka kejadian 26/10.000 penduduk. Sedangkan di Indonesia, Dengan jumlah kematian sekitar 1.317 orang tahun 2010, Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus demam berdarah dengue di ASEAN. Untuk itu, Indonesia bekerja sama dengan negara-negara anggota ASEAN dalam membasmi penyakit DBD. Berdasarkan data P2B2, jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2010 ada 150.000 kasus.
2.1.8   Pencegahan
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes Aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :
a.       Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan pemberantasan sarang nyamuk, pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat pengembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia.
b.      Biologis
Pengendalian biologis dengan menggunakan ikan pemakan jentik ( ikan cupang )
c.                   Kimiawi
Pengendalian kimiawi antara lain :
1)      Pengasapan/fogging berguna untyk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
2)      Memberikan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
1.2              Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1.2.1        Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam melakukan pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapat diketahui kebutuhan klien tersebut. Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu menentukan status kesehatan dan pola pertahanan klien serta memudahkan dalam perumusan diagnosa keperawatan. ( Doenges : 2000 ).
Tahap pengkajian adalah sebagai berikut :
a.       Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan informasi tentang kekuatan dan kelemahan klien dengan cara wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik melalui keluarga, orang terdekat, masyarakat, maupun rekam medic.
b.      Identitas klien dan keluarga, terdiri dari :
1)      Nama klien, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, agama.
2)      Nama ayah, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
3)      Nama ibu, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
4)      Tanggal anak masuk rumah sakit, diagnose medis, dan segala sumber informasi yang diperoleh.
c.       Keluhan utama, yaitu alas an yang paling menonjol pada pasien dengan DHF untuk datang ke rumah sakit
d.      Riwayat kesehatan
1)      Riwayat penyakit sekarang
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dengan kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan keadaan anak semakin lemah. Kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, serta adanya manifestasi pendarahan pada kulit
2)      Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami serangan ulang DHF.
3)      Pemeriksaan fisik, terdiri dari :
Inspeksi, adalah pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan klien ( inspeksi adanya lesi pada kulit ). Perkusi, adalah pemeriksaan fisik dengan jalan mengetukkan jari tengah ke jari tengah lainnya untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu organ tubuh. Palpasi, adalah jenis pemeriksaan fisik dengan meraba klien. Auskultasi, adalah dengan cara mendengarkan menggunakan stetoskop ( auskultasi dinding abdomen untuk mengetahu bising usus )
e.       Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindari
f.       Riwayat gizi
Status gii anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat factor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
g.      Pola kebiasaan
1)      Nutrisi dan metabolism : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu makan menurun.
2)      Eliminasi alvi ( buang air besar ). Kadang-kadang anak mengalami diare/konstipasi. Sementara DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena.
3)      Eliminasi urine perlu dikaji apakah sering buang air kecil, sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria
4)      Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
5)      Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk.
h.      Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah klien DHF akan dijumpai :
1)      Hb dan PCV meningkat ( ≥20%)
2)      Trambositopenia (≤100.000/ml)
3)      Leukopenia
4)      Ig.D. dengue positif
5)      Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia.
6)      Urium dan Ph darah mungkin meningkat
7)      Asidosis metabolic : Pco2<35-40 mmHg
8)      SGOT/SGPT mungkin meningkat
1.2.2        Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respons actual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawata mempunyai lisensi dan kompeten untuk mengatasinya. ( Perry Potter, 2005 )
Nursalam ( 2001 ) menyatakan diagnosa keperawatan yang dapat timbul pada klien dengan DHF adalah :
a.       Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
b.      Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
c.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan
d.      Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan
e.       Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi
Menurut Nanda, diagnose keperawatan dinyatakan dengan benar adalah sebagai berikut :
a.       Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolism
Batasan Karakteristik
-          Konvulsi
-          Kulit kemerahan
-          Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
-          Kejang
-          Takikardi
-          Takipnea
-          Kulit terasa hangat
b.      Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Batasan Karakteristik
-          Perubahan status mental
-          Penurunan tekanan darah
-          Penurunan tekanan nadi
-          Penurunan volume nadi
-          Penurunan turgor kulit
-          Penurunan turgor lidah
-          Pengeluaran haluaran urine
-          Penurunan pengisian vena
-          Membrane mukosa kering
-          Kulit kering
-          Peningkatan hematokrit
-          Peningkatan suhu tubuh
-          Peningkatan frekuensi nadi
-          Peningkatan konsentrasi urine
-          Penurunan berat badan tiba-tiba
-          Haus
-          Kelemahan
c.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan
Batasan Karakteristik
-          Kram abdomen
-          Nyeri abdomen
-          Menghindari makanan
-          Berat badan turun 20 % atau lebih di bawah berat badan ideal
-          Kerapuhan kapiler
-          Diare
-          Kehilangan rambut berlebihan
-          Bising usus hiperaktif
-          Kurang makanan
-          Kurang informasi
-          Kurang minat pada makanan
-          Penurunan berat badan denagn asupan makanan adekuat
-          Kesalahan konsepsi
-          Kesalahan informasi
d.      Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi
Batasan Karakteristik
-          Perilaku hiperbola
-          Ketidakakuratan mengikuti perintah
-          Ketidakakuratan melakukan tes
-          Perilaku tidak tepat
-          Pengungkapan masalah
1.2.3        Perencanaan Keperawatan
Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. ( Perry Potter, 2005 )
a.       Menetapkan prioritas bukan semata-mata memberikan nomor pada diagnose keperawatan dengan dasar keparahan atau kepentingan fisiologis. Prioritas diklasifikasikan sebagai tinggi, menengah, atau rendah. (Perry Potter, 2005 )
b.      Merumuskan tujuan dan criteria hasil, pedoman penulisan criteria hasil berdasarkan “ SMART “
S    : Spesifik ( tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda )
M   : Measurable ( tujuan harus dapat diukur )
A   : Achievable ( tujuan harus dapat dicapai )
R   : Reasonable ( tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara   
        ilmiah )
T    : Time ( waktu keperawatan )
Nanda ( 2009 ) dan Doenges ( 2000 ), menyatakan bahwa rencana tindakan keperawatan yang dapat disusun untuk setiap diagnose adalah :
a.       Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
Tujuan             : Mempertahankan suhu tubuh normal dengan criteria hasil suhu tubuh 35,50-37,00c
Kriteria hasil    : Suhu tubuh antara 36 – 370 c, membrane mukosa basah, nyeri otot hilang
Rencana    :
1)      Ukur tanda-tanda vital ( suhu )
Rasional          : Suhu 38,90c-41,10c, menunjukkan proses penyakit infeksi akut
2)      Berikan kompres hangat
Rasional          : Kompres hangat akan terjadi perpindahan panas konduksi
3)      Tingkatkan intake cairan
Rasional          : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi
b.      Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Tujuan             :  Kebutuhan cairan terpenuhi dengan criteria hasil mata tidak cekung, membrane mukosa tetap lembab, turgor kulit baik
Kriteria hasil    : Turgor kulit baik, kulit tidak kering, membrane mukosa tetap lembab
Rencana          :
1)      Observasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam
Rasional          : Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi dari peningkatan kehilangan cairan mengakibatkan hipotensi dan takikardia
2)      Observasi dan cata intake dan output
Rasional    :Menunjukkan status volume sirkulasi,terjadinya/perbaikan perpindahan cairan, dan respon terhadap terapi
3)      Timbang berat badan
Rasional   : Mengukur keadekuatan penggantian cairan sesuai fungsi ginjal
4)      Monitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam
Rasional    : Mempertahankan keseimbangan cairan/elektrolit
c.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan
Tujuan             : Kebutuhan nutrisi adekuat dengan criteria hasil berat badan stabil atau meningkat
Rencana          :
1)      Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
Rasional          : Mengganti kehilangan vitamin karena malnutrisi/anemia
2)      Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tapi sering secara bertahap
Rasional          : Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan
3)      Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama
Rasional          : Mengawasi penurunan berat badan
4)      Pertahankan kebersihan mulut klien
Rasional    : Mulut yang bersih meningkatkan selera makan dan pemasukan oral
5)      Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit
Rasional          : Meningkatkan motivasi klien untuk makan
d.      Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan
Tujuan             : Perfusi jaringan perifer adekuat dengan criteria hasil tanda-tanda vital stabil, nadi 8-100x/menit, pernapasan 15-25 x/menit, suhu tubuh aksila 35,5-37,0 c, tekanan darah 95-1a20/50-70 mmHg
Rencana          :
1)      Kaji dan catat tanda-tanda vital
Rasional          : Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi dari peningkatan kehilangan cairan mengakibatkan hipotensi
2)      Nilai kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada ekstremitas seperti dingin, nyeri, pembengkakan kaki
Rasional          : Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi, dan immobilisasi
e.       Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi
Tujuan             : Klien mengerti dan memahami proses penyakit dan pengobatan
Rencana         :
1)      Tentukan kemampuan dan kemauan untuk belajar
Rasional          : Adanya keinginan untuk belajar memudahkan penerimaan informasi
2)      Jelaskan rasional pengobatan, dosis, efek samping dan pentingnya minum obat sesuai resep
Rasional                : Dapat meningkatkan kerjasama dengan terapi obat dan mencegah penghentian pada obat dan atau interkasi obat yang merugikan
3)      Beri pendidikan kesehatan mengenai penyakit DHF
Rasional          : Dapat meningkatkan pengetahuan pasien dan dapat mengurangi kecemasan
1.2.4        Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. (Perry & Potter, 2005 )
a)      Tindakan Keperawatan Mandiri
Tindakan yang dilakukan Tanpa Pesanan Dokter. Tindakan keperawatan mendiri dilakukan oleh perawat. Misalnya menciptakan lingkungan yang tenang, mengompres hangat saat klien demam.
b)      Tindakan Keperawatan Kolaboratif
Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja dengan anggota perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertahan untuk mengatasi masalah klien
1.2.5        Evaluasi Keperawatan
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kea rah pencapaian tujuan. Evaluasi terjadi kapan saja perawat berhubungan dengan klien. Penekanannya adalah pada hasil klien. Perawat mengevaluasi apakah perilaku klien mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnose keperawatan. ( Perry Potter, 2005 )
Pada saat akan melakukan pendokumentasian, menggunakan SOAP, yaitu :
S    : Data subyektif merupakan masalah yang diutarakan klien
O  : Data obyektif merupakan tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan diagnose keperawatan
A   : Analisis dan diagnose
P    : Perencanaan merupakan pengembangan rencana untuk yang akan datang dari intervensi
2.1.6    Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang. ( Perry Potter, 2005 )