1.1
Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu
penyakit menular yang dapat menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Nyamuk
penularnya ( Aedes Aegypti ) yang tersebar luas sehingga penularannya dapat
terjadi di semua tempat. Karena banyaknya kasus demam berdarah yang terjadi
negara Indonesia, maka Indonesia berencana meluncurkan hari demam berdarah
se-ASEAN (ASEAN Dengue Day) yang disepakati setiap tanggal 15 Juni. Tujuan dari
peluncuran ASEAN Dengue Day ini adalah meningkatkan komitmen nasional dan
antarnegara anggota ASEAN pada upaya pengendalian demam berdarah, baik
pencegahan, penanggulangan, hingga tata laksana sehingga angka kejadian dan kematian
akibat DBD bisa ditekan. Kasus
DBD di Kaltim, tahun 2007 mencapai 5.244 kasus meninggal dunia 102 orang. Tahun
2008 sebanyak 5.777 kasus meninggal 105 orang dan tahun 2009 sebanyak 5.244
kasus meninggal sebanyak 68 orang. Terbanyak penderitanya adalah di Samarinda,
Balikpapan dan Kukar dengan angka kematian sebesar 1,9 persen. Berdasarkan dana
Dinkes Samarinda tahun 2009 terdapat 1.138 kasus dengan angka kejadian
26/10.000 penduduk. Sedangkan di Indonesia, Dengan jumlah kematian sekitar
1.317 orang tahun 2010, Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus demam
berdarah dengue di ASEAN. Untuk itu, Indonesia bekerja sama dengan
negara-negara anggota ASEAN dalam membasmi penyakit DBD. Berdasarkan data P2B2,
jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2010 ada 150.000 kasus. Menurut Rita,
potensi penyebaran DBD di antara negara-negara anggota ASEAN cukup tinggi
mengingat banyak wisatawan keluar masuk dari satu negara ke negara lain.
Bila pada kasus anak dengan DHF ini lambat
penanganannya, maka akan dapat terjadi komplikasi seperti efusi pleura karena
adanya kebocoran lambung akibat meningkatnya permeabilitas membrane, perdarahan
pada lambung karena anak mengalami mual dan muntah serta kurangnya nafsu makan,
terjadi pembesaran pada hati, limpa dan kelenjar getah bening karena bocornya
plasma yang mengandung cairan, dan dapat terjadi syok hipovolemik karena adanya
peningkatan nilai hematokrit.
Berdasarkan angka kejadian diatas dan
masalah-masalah yang terjadi akibat lambatnya penanganan, maka kelompok akan memberikan
asuhan keperawatan pada klien An. W dengan diagnose medis DHF sehingga
penulisan dalam makalah ini mengambil judul “ Asuhan Keperawatan Pada Klien An.
W dengan Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ).
1.2
Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan umum
Memberikan gambaran kepada masyarakat tentang
penyakit DHF serta agar dapat diaplikasikan asuhan keperawatan pada anak yang
terinfeksi DHF.
1.2.2 Tujuan
Khusus
Diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
anak dengan DHF, kelompok akan dapat :
a.
Memberikan gambaran tentang pengkajian
asuhan keperawatan pada anak usia prasekolah tentang penyakit DHF
b.
Memberikan gambaran tentang diagnose
keperawatan yang akan muncul jika seorang anak terinveksi virus dengue.
c.
Memberikan gambaran tentang intervensi
keperawatan pada anak dengan DHF
d.
Memberikan gambaran tentang implementasi
keperawatan pada anak dengan DHF
e.
Memberikan gambaran tentang evaluasi
keperawatan pada anak dengan DHF
f.
Memberikan gambaran tentang dokumentasi
keperawatan pada anak dengan DHF setelah melakukan pengevaluasian dari semua
tindakan.
1.3
Manfaat Penulisan
1.3.1
Manfaat bagi mahasiswa
Meningkatkan
pengetahuan dan memperoleh pengalaman dalam melakukan asuhan keperawatan pada
keluarga secara langsung.
1.3.2
Manfaat bagi institusi pendidikan
Laporan makalah ini diharapkan dapat menjadi tolak
ukur sejauh mana upaya meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan asuhan
keperawatan keluarga.
1.4
Sistematika Penulisan
Penyusunan makalah ini terdiri dari tiga bab yang
disusun dengan urutan :
Bab
1 Pendahuluan
Terdiri dari Latar Belakang,
Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, dan Sistematika Penulisan
Bab
2 Tinjauan Pustaka
Terdiri
dari Pengertian, Etiologi, Patofisiologi.
Bab
3 Tinjauan Kasus
Terdiri dari uraian
asuhan keperawatan yang berisi pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Dasar Dengue Hemorrhagic Fever
2.1.1 Pengertian
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty
dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan
cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).
Demam
berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
(arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
(Suriadi & Yuliani, 2001). Demam Berdarah Dengue
(DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,dengan genusnya adalah
flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1,
DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan
manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue. (Saroso, 2007)
2.1.2 Etiologi
DHF disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam
genus Flavivirus dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Di Indonesia, virus
tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yang
termasuk dalam grup B dari arthropedi borne viruses ( Arbovirus ), yaitu DEN-1,
DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi oleh salah satu serotype menimbulkan antibody
seumur hidup terhadap serotype bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan
terhadap serotipr lain. Virus dengue ini terutama ditularkan melalui vector
nyamuk aedes aegypti. Nyamuk aedes albopictus,
aedes
polynesiensis dan beberapa spesies lain kurang berperan. Jenis nyamuk ini
terdapat hampir di seluruh Indonesia kecuali di ketinggian lebih dari 1000 m di
atas permukaan laut. Perkembangan hidup nyamuk Aedes Aegypti dari telur hingga
dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12 hari. Hanya nyamuk betina yang menggigit
dan menghisap darah serta memilih dari manusia untuk memotong telurnya.
Sedangkan nyamuk jantan tidak dapat menghisap darah, melainkan hidup Dari sari
bunga tumbuh-tumbuhan. Umur nyamuk Aedes Aegypti betina sekitar ± 2 minggu. (
Hadinegoro, 1999 )
2.1.3 Patofisiologi
Virus dengue masuk pertama kali ke dalam tubuh
manusia melalui gigitan nyamuk, terinfeksi oleh virus dengue untuk pertama
kalinya atau mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Saat virus masuk
kedalam peredaran darah melalui gigitan nyamuk, terjadi infeksi virus dengue
yang akan merangsang endotoxin,selanjutnya
merangsang zat pyrogen dan endogen, mengakibatkan interleukin 1, menggeser set
point dari titik normal, sehingga terjadi menggigil, demam, dan terjadi
hipertermia mendadak. Dari hipertermi akan meningkatkan stress, merangsang
keluarnya histamine, menyebabkan peningkatan HCI, mengiritasi lambung, terjadi
mual dan penurunan nafsu makan, masukan yang tidak adekuat sehingga menyebabkan
ketidakseimbangan nutrisi yaitu kurang dari kebutuhan tubuh.
2.1.4
Pemeriksaan penunjang
a.
Darah
Pada
demam dengue terdapat leucopenia pada hari ke 2 atau ke 3 pada DBD dijumpai
trombositopenia dan hemokonsentrasi
b.
Air Seni
Mungkin
ditemukan albuminuria ringan
2.1.5 Tanda
dan gejala
a.
Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari ( tanpa sebab jelas )
b.
Manifestasi pendarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif dan adanya
salah satu bentuk pendarahan yang lain, misalnya : ptekiae, ekimosis,
epistaksis, pendarahan gusi, melena atau hematemesis
c.
pembesaran hati
d.
mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, dan konstipasi
e.
Nyeri ulu hati karena adanya pendarahan di lambung, nyeri otot, nyeri tulang sendi.
f.
Syok yang ditandai nadi lemah dan cepat disertai dengan tekanan nadi yang
menurun ( 20 mmHg atau kurang ), tekanan darah yang menurun ( tekanan sistolik
menurun sampai 80 mmHg atau kurang ), dan kulit yang teraba dingin dan lembab,
terutama pada ujung hidung, jari dan kaki. Penderita gelisah serta timbul
sianosis di sekitar mulut.
2.1.6
Penatalaksanaan
Bila
anak diduga atau sudah didiagnosa medis DHF, maka hal yang harus dilakukan
adalah :
a. Tirah
baring
b. Beri
makanan yang lunak. Apabila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak
1, - 2 liter dalam 24 jam ( susu, air, dengan gula atau sirup ). Atau air tawar
yang ditambahkan dengan garam saja.
c. Medikamentosa
yang bersifat simtomatis. Hiperpireksia dapat diberikan kompres es di kepala,
ketiak dan inguinal. Antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminoferen,
eukinin, atau dipiron. Hindari pemberian asetol karena bahaya pendarahan.
d. Pemberian
cairan intravena pada anak tanpa renjatan dilakukan bila anak terus menerus
muntah, sehingga tidak mungkin diberi makanan peroral atau didapatkan nilai
hematokrit yang terus meningkat ( >40vol% ). Jumlah cairan yang diberikan
tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan
glukosa 5 % dalam 1/3 larutan NaCl 0,9% dengan jumlah tetesan 16 x/ menit.
2.1.7
Prognosis
Kasus DBD di Kaltim, tahun 2007 mencapai 5.244 kasus
meninggal dunia 102 orang. Tahun 2008 sebanyak 5.777 kasus meninggal 105 orang
dan tahun 2009 sebanyak 5.244 kasus meninggal sebanyak 68 orang. Terbanyak
penderitanya adalah di Samarinda, Balikpapan dan Kukar dengan angka kematian
sebesar 1,9 persen. Berdasarkan dana Dinkes Samarinda tahun 2009 terdapat 1.138
kasus dengan angka kejadian 26/10.000 penduduk. Sedangkan di Indonesia, Dengan
jumlah kematian sekitar 1.317 orang tahun 2010, Indonesia menduduki urutan
tertinggi kasus demam berdarah dengue di ASEAN. Untuk itu, Indonesia bekerja
sama dengan negara-negara anggota ASEAN dalam membasmi penyakit DBD.
Berdasarkan data P2B2, jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2010 ada 150.000
kasus.
2.1.8
Pencegahan
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada
pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes Aegypti. Pengendalian nyamuk
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :
a. Lingkungan
Metode
lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan pemberantasan
sarang nyamuk, pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat pengembangbiakan
nyamuk hasil samping kegiatan manusia.
b. Biologis
Pengendalian
biologis dengan menggunakan ikan pemakan jentik ( ikan cupang )
c.
Kimiawi
Pengendalian kimiawi antara lain :
1) Pengasapan/fogging
berguna untyk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
2) Memberikan
bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong air, vas bunga,
kolam, dan lain-lain.
1.2
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1.2.1
Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar
bagi seorang perawat dalam melakukan pendekatan secara sistematis untuk
mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapat diketahui kebutuhan klien
tersebut. Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu menentukan
status kesehatan dan pola pertahanan klien serta memudahkan dalam perumusan
diagnosa keperawatan. ( Doenges : 2000 ).
Tahap pengkajian adalah sebagai berikut :
a. Pengumpulan
data, yaitu mengumpulkan informasi tentang kekuatan dan kelemahan klien dengan
cara wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik melalui keluarga, orang
terdekat, masyarakat, maupun rekam medic.
b. Identitas
klien dan keluarga, terdiri dari :
1) Nama
klien, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, agama.
2) Nama
ayah, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
3)
Nama ibu, umur, agama, pekerjaan,
pendidikan, alamat.
4) Tanggal
anak masuk rumah sakit, diagnose medis, dan segala sumber informasi yang
diperoleh.
c. Keluhan
utama, yaitu alas an yang paling menonjol pada pasien dengan DHF untuk datang
ke rumah sakit
d. Riwayat
kesehatan
1) Riwayat
penyakit sekarang
Ditemukan
adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dengan kesadaran kompos
mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan keadaan anak
semakin lemah. Kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual,
diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, serta adanya manifestasi pendarahan
pada kulit
2) Riwayat
penyakit yang pernah diderita
Penyakit
apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami serangan ulang DHF.
3) Pemeriksaan
fisik, terdiri dari :
Inspeksi,
adalah pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan klien ( inspeksi
adanya lesi pada kulit ). Perkusi, adalah pemeriksaan fisik dengan jalan
mengetukkan jari tengah ke jari tengah lainnya untuk mengetahui normal atau
tidaknya suatu organ tubuh. Palpasi, adalah jenis pemeriksaan fisik dengan
meraba klien. Auskultasi, adalah dengan cara mendengarkan menggunakan stetoskop
( auskultasi dinding abdomen untuk mengetahu bising usus )
e. Riwayat
imunisasi
Apabila
anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi
dapat dihindari
f. Riwayat
gizi
Status
gii anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi
baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat factor predisposisinya. Anak
yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan
menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan
nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan
sehingga status gizinya menjadi kurang.
g. Pola
kebiasaan
1) Nutrisi
dan metabolism : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu
makan menurun.
2) Eliminasi
alvi ( buang air besar ). Kadang-kadang anak mengalami diare/konstipasi.
Sementara DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi
urine perlu dikaji apakah sering buang air kecil, sedikit/banyak, sakit/tidak.
Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria
4) Tidur
dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri
otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya
kurang.
5) Kebersihan.
Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang
terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk.
h. Pemeriksaan
laboratorium
Pada
pemeriksaan darah klien DHF akan dijumpai :
1) Hb
dan PCV meningkat ( ≥20%)
2) Trambositopenia
(≤100.000/ml)
3) Leukopenia
4) Ig.D.
dengue positif
5) Hasil
pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia, dan
hiponatremia.
6) Urium
dan Ph darah mungkin meningkat
7) Asidosis
metabolic : Pco2<35-40 mmHg
8) SGOT/SGPT
mungkin meningkat
1.2.2
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang
menggambarkan respons actual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan
yang perawata mempunyai lisensi dan kompeten untuk mengatasinya. ( Perry Potter,
2005 )
Nursalam ( 2001 ) menyatakan diagnosa keperawatan
yang dapat timbul pada klien dengan DHF adalah :
a. Peningkatan
suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
b. Defisit
volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
c. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
d. Perubahan
perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan
e. Defisiensi
pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi
Menurut Nanda, diagnose
keperawatan dinyatakan dengan benar adalah sebagai berikut :
a. Hipertermia
berhubungan dengan peningkatan laju metabolism
Batasan Karakteristik
-
Konvulsi
-
Kulit kemerahan
-
Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran
normal
-
Kejang
-
Takikardi
-
Takipnea
-
Kulit terasa hangat
b. Defisit
volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Batasan Karakteristik
-
Perubahan status mental
-
Penurunan tekanan darah
-
Penurunan tekanan nadi
-
Penurunan volume nadi
-
Penurunan turgor kulit
-
Penurunan turgor lidah
-
Pengeluaran haluaran urine
-
Penurunan pengisian vena
-
Membrane mukosa kering
-
Kulit kering
-
Peningkatan hematokrit
-
Peningkatan suhu tubuh
-
Peningkatan frekuensi nadi
-
Peningkatan konsentrasi urine
-
Penurunan berat badan tiba-tiba
-
Haus
-
Kelemahan
c. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
Batasan Karakteristik
-
Kram abdomen
-
Nyeri abdomen
-
Menghindari makanan
-
Berat badan turun 20 % atau lebih di
bawah berat badan ideal
-
Kerapuhan kapiler
-
Diare
-
Kehilangan rambut berlebihan
-
Bising usus hiperaktif
-
Kurang makanan
-
Kurang informasi
-
Kurang minat pada makanan
-
Penurunan berat badan denagn asupan
makanan adekuat
-
Kesalahan konsepsi
-
Kesalahan informasi
d. Defisiensi
pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi
Batasan Karakteristik
-
Perilaku hiperbola
-
Ketidakakuratan mengikuti perintah
-
Ketidakakuratan melakukan tes
-
Perilaku tidak tepat
-
Pengungkapan masalah
1.2.3
Perencanaan Keperawatan
Perencanaan adalah kategori dari perilaku
keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan
ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. (
Perry Potter, 2005 )
a. Menetapkan
prioritas bukan semata-mata memberikan nomor pada diagnose keperawatan dengan
dasar keparahan atau kepentingan fisiologis. Prioritas diklasifikasikan sebagai
tinggi, menengah, atau rendah. (Perry Potter, 2005 )
b. Merumuskan
tujuan dan criteria hasil, pedoman penulisan criteria hasil berdasarkan “ SMART
“
S : Spesifik ( tujuan harus spesifik dan tidak
menimbulkan arti ganda )
M : Measurable ( tujuan harus dapat diukur )
A : Achievable ( tujuan harus dapat dicapai )
R : Reasonable ( tujuan harus dapat
dipertanggungjawabkan secara
ilmiah )
T : Time ( waktu keperawatan )
Nanda
( 2009 ) dan Doenges ( 2000 ), menyatakan bahwa rencana tindakan keperawatan
yang dapat disusun untuk setiap diagnose adalah :
a. Peningkatan
suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
Tujuan : Mempertahankan suhu tubuh normal
dengan criteria hasil suhu tubuh 35,50-37,00c
Kriteria
hasil : Suhu tubuh antara 36 – 370
c, membrane mukosa basah, nyeri otot hilang
Rencana :
1) Ukur
tanda-tanda vital ( suhu )
Rasional : Suhu 38,90c-41,10c,
menunjukkan proses penyakit infeksi akut
2) Berikan
kompres hangat
Rasional : Kompres hangat akan terjadi
perpindahan panas konduksi
3) Tingkatkan
intake cairan
Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang
hilang akibat evaporasi
b. Defisit
volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi dengan criteria
hasil mata tidak cekung, membrane mukosa tetap lembab, turgor kulit baik
Kriteria
hasil : Turgor kulit baik, kulit tidak
kering, membrane mukosa tetap lembab
Rencana :
1) Observasi
tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam
Rasional : Penurunan sirkulasi darah dapat
terjadi dari peningkatan kehilangan cairan mengakibatkan hipotensi dan
takikardia
2) Observasi
dan cata intake dan output
Rasional
:Menunjukkan status volume sirkulasi,terjadinya/perbaikan
perpindahan cairan, dan respon terhadap terapi
3) Timbang
berat badan
Rasional
: Mengukur keadekuatan penggantian
cairan sesuai fungsi ginjal
4) Monitor
pemberian cairan melalui intravena setiap jam
Rasional : Mempertahankan keseimbangan
cairan/elektrolit
c. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
Tujuan
: Kebutuhan nutrisi adekuat
dengan criteria hasil berat badan stabil atau meningkat
Rencana :
1) Berikan
makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas
intake nutrisi
Rasional
: Mengganti kehilangan vitamin karena
malnutrisi/anemia
2) Anjurkan
kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tapi sering
secara bertahap
Rasional
:
Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan
3) Timbang
berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama
Rasional
:
Mengawasi penurunan berat badan
4) Pertahankan
kebersihan mulut klien
Rasional
:
Mulut yang bersih meningkatkan selera makan dan pemasukan oral
5) Jelaskan
pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit
Rasional
:
Meningkatkan motivasi klien untuk makan
d. Perubahan
perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan
Tujuan :
Perfusi jaringan perifer adekuat dengan criteria hasil tanda-tanda vital
stabil, nadi 8-100x/menit, pernapasan 15-25 x/menit, suhu tubuh aksila
35,5-37,0 c, tekanan darah 95-1a20/50-70 mmHg
Rencana :
1) Kaji
dan catat tanda-tanda vital
Rasional : Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi
dari peningkatan kehilangan cairan mengakibatkan hipotensi
2) Nilai
kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada ekstremitas seperti dingin,
nyeri, pembengkakan kaki
Rasional : Kondisi kulit dipengaruhi oleh
sirkulasi, nutrisi, dan immobilisasi
e. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi
Tujuan : Klien mengerti dan memahami
proses penyakit dan pengobatan
Rencana
:
1) Tentukan
kemampuan dan kemauan untuk belajar
Rasional : Adanya keinginan untuk belajar memudahkan
penerimaan informasi
2) Jelaskan
rasional pengobatan, dosis, efek samping dan pentingnya minum obat sesuai resep
Rasional
: Dapat meningkatkan
kerjasama dengan terapi obat dan mencegah penghentian pada obat dan atau
interkasi obat yang merugikan
3) Beri
pendidikan kesehatan mengenai penyakit DHF
Rasional : Dapat meningkatkan pengetahuan
pasien dan dapat mengurangi kecemasan
1.2.4
Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi, yang merupakan komponen dari proses
keperawatan, adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan diselesaikan. (Perry & Potter, 2005 )
a) Tindakan
Keperawatan Mandiri
Tindakan
yang dilakukan Tanpa Pesanan Dokter. Tindakan keperawatan mendiri dilakukan
oleh perawat. Misalnya menciptakan lingkungan yang tenang, mengompres hangat
saat klien demam.
b) Tindakan
Keperawatan Kolaboratif
Tindakan
yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja dengan anggota perawatan
kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertahan untuk
mengatasi masalah klien
1.2.5
Evaluasi Keperawatan
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur
respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kea rah
pencapaian tujuan. Evaluasi terjadi kapan saja perawat berhubungan dengan
klien. Penekanannya adalah pada hasil klien. Perawat mengevaluasi apakah
perilaku klien mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnose
keperawatan. ( Perry Potter, 2005 )
Pada saat akan melakukan pendokumentasian,
menggunakan SOAP, yaitu :
S : Data subyektif merupakan masalah yang
diutarakan klien
O : Data obyektif merupakan tanda klinik dan
fakta yang berhubungan dengan diagnose keperawatan
A : Analisis dan diagnose
P : Perencanaan merupakan pengembangan
rencana untuk yang akan datang dari intervensi
2.1.6 Dokumentasi
Keperawatan
Dokumentasi didefinisikan sebagai segala sesuatu
yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti
bagi individu yang berwenang. ( Perry Potter, 2005 )