HERNIA
A. PENGERTIAN
Secara umum Hernia merupakan proskusi atau penonjolan isi suatu rongga dari berbagai organ internal melalui pembukaan abnormal atau kelemahan pada otot yang mengelilinginya dan kelemahan pada jaringan ikat suatu organ tersebut (Griffith, 1994).
Hernia adalah : tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dincling rongga dimana organ tersebut seharusnya berada yang didalam keadaan normal tertutup.
Hernia atau usus turun adalah penonjolan abnormal suatu organ/ sebagian dari organ melalui lubang pada struktur disekitarnya.
Pengertian Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dan tempatnya yang normal malalui sebuah defek konsenital atau yang didapat. (Long, 1996 : 246).
Herniaa adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang (Oswari, 2000 : 216). Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut(Nettina, 2001 : 253).

B. KLASIFIKASI
Banyak sekali penjelasan mengenai klasifikasi hernia menurut macam, sifat dan proses terjadinya. Berikut ini penjelasannya :
Macam-macam hernia :
a . Macam-macam hernia ini di dasarkan menurut letaknya,seperti :
1.Inguinalis. Hernia inguinal ini dibagi lagi menjadi :
 Indirek / lateralis: Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria dari pada wanita. Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum. Umumnya pasien mengatakan turun berok, burut atau kelingsir atau mengatakan adanya benjolan di selangkangan/kemaluan. Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan bila menangis, mengejan atau mengangkat benda berate tau bila posisi pasien berdiri dapat timbul kembali.
 Direk / medialis: Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena defisiensi kongenital. Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia. Padapasien terlihat adanya massa bundar pada annulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi ireponibilis.
2. Femoralis : Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoraldan lebih umum pada wanita dari pada  pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk kedalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkarseratadan strangulasi dengan tipe hernia ini.
3. Umbilikal : Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena  peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat karena  masalah pasca operasi seperti infeksi,nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem atau kegemukan.
4. Incisional : batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut yang lemah.

b . Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas :
1.  Hernia bawaan atau kongenital
Patogenesa pada jenis hernia inguinalis lateralis (indirek):Kanalis inguinalis adalah kanal  yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalisperitonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesusini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga peruttidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebihsering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.
2. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat): yakni hernia yang timbul karena berbagai  faktor pemicu.

c.Menurut sifatnya, hernia dapat disebut :
1. Hernia reponibel/reducible, yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2. Hernia ireponibel, yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peri tonium kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus =perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
3. Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio =terperangkap, carcer = penjara), yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalamr rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis “hernia inkarserata” lebih di maksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai “hernia strangulata”. Hernia strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat darurat karenanya perlu mendapat pertolongan segera.

C. ETIOLOGI
- Ketidak patensian rongga yang tidak sempurna.
- Anomaly kongenital atau karena sebab yang didapat.
- Adanya prosesus vaginalis yang terbuka
- Peninggian tekanan didalam rongga abdomen
- Kelemahan otot dinding abdomen
D. MANIFESTASI KLINIS
a. Berupa benjolan keluar masuk/keras.
b. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan.
c. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.
d. Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang berisi kandung     kencing.

E. PATOFISIOLOGI
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ  selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dandapat menyebabkan ganggren.

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Secara konservatif (non operatif)
1) Reposisi hernia
Hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung dengan tangan.
2) Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara, misalnya pemakaian korset.
b. Secara operatif
1) Hernioplasty
Memindahkan fasia pada dinding perut yang lemah, hernioplasty sering dilakukan pada anak-anak
2) Hernioraphy
Pada bedah elektif,  kanalis dibuka,  isi hernia  dimasukkan    kantong  diikat, dan dilakukan basiny plasty atau tehnik yang lain untuk   memperkuat  dinding belakang kanalis inguinalis. Ini sering dilakukan pada orang dewasa.
3) Herniotomy
Seluruh herni a dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini dilakukan  pada  klien dengan hernia yang sudah nekrosis.
Perawatan untuk post operasi
a. Hindari penyakit yang mungkin terjadi yaitu: Perdarahan, Syok, Muntah, Distensi, Kedinginan, Infeksi, Dekubitus, Sulit buang air kecil.
b. Observasi keadaan klien.
c. Cek TTV.
d. Cuci luka dan ganti balutan operasi sesuai pesanan dokter.
e. Perhatikan drainase.
f. Penuhi nutrisi.
g. Mobilisasi diri
   - Perawatan tidur dengan sikap Fowler (sudut 450-600).
   - Hari kedua boleh duduk (untuk herniotomi hari ke-5).
   - Hari ketiga boleh jalan (untuk herniotomi hari ke-7).
h. Diet
   - Hari 0: Bila pengaruh obat anestesi hilang boleh diberi minum sedikit-sedikit
   - Hari 1: Diet Vloiher (herniotomi diet sama dengan post laparatomi)
   - Hari 2: Diet bubur saring
   - Hari 3: Berturut-turut diet ditingkatkan.
G. KOMPLIKASI
     Akibat 
dari hernia dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
  1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantung hernia sehingga isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan lagi, keadaan ini disebut hernia ingunalis lateralis ireponibins pada keadaan ini belum gangguan penyaluran isi usus, isi hernia yang menyebabkan ireponibilis adalah omentum, karenamudah melekat pada dinding hernia.
  2. Terjadi tekanan terhadap cincin hernia, akibat makin benyaknya usus yang masuk cincin hernia relatif semakin sempit dan menimbulkan gangguan isi perut, ini dsebut hernia inguinalis lateralis inkarserata.
  3. Bila hernia dibiarkan maka akan timbul edema dan terjadi penekanan pembuluh darah sehingga terjadi nekrosis keadaan ini disebut hernia ingunalis lateralis stranggulasi, terjadi karena usus berputar (melintar) pada keadaan inkarserasi dan stranggulasi maka timbul gejala illeusmuntah, kembung dan obstipasi pada stranggulasi nyeri hebat daerah tonjolan menjadi lebih merah dan penderita sangat gelisah.





I.  KONSEP ASKEP
A).Pengkajian
Pengkajian pasien Post operatif(Doenges, 1999) meliputi :
Sirkulasi:
Gejala :
riwayat masalah jantung, GJK, edemapulmonal, penyakit vascular perifer, atau stasisvascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).
Integritas ego:
Gejala :
perasaan cemas, takut, marah, apatis ;factor-faktor stress multiple, misalnya financial,hubungan, gaya hidup.
Tanda :
Tidak dapat istirahat, peningkatan  ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.

Makanan / cairan:
Gejala :
insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasukobesitas) ; membrane mukosa yang kering(pembatasan pemasukkan / periode puasa praoperasi).

Pernapasan
Gejala :
infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.

Keamanan:
Gejala :
alergi/sensitive terhadap obat, makanan,plester, dan larutan.
Defisiensi immune(peningkaan risiko infeksisitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kankerterbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermiamalignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dandapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse.
Tanda :
menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.

Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid,antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid,antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan,analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atauobat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakanginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensialbagi penarikan diri pasca operasi).
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi.
2.      Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
3.      Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.
4.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

K. RENCANA ASUHAN  KEPERAWATAN
1.      Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang

Kriteria Hasil
 : - klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang
   -tanda-tanda vital normal
   -pasien tampak tenang dan rileks.


INTERVENSI

RASIONAL

         Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala  nyeri
         Anjurkan klien istirahat ditempat  tidur

         Atur posisi pasien senyaman mungkin

         Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam.
         Kolaborasi untuk pemberian analgetik.



         Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.
         Istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri
         posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta mengurangi nyeri.
         relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman
         analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman.



2.      Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
Tujuan
 : tidak ada infeksi
Kriteria hasil : -tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
                                - luka bersih tidak lembab dan kotor.
                                - Tanda-tanda vital normal

INTERVENSI

RASIONAL
         Pantau tanda-tanda vital.





         Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
         Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll
         Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb danleukosit.

         Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.

.

         Jika ada peningkatan tanda-tanda vital besarkemungkinan adanya gejala infeksi karena tubuhberusaha intuk melawan mikroorganisme asing yang masuk maka terjadi peningkatan tanda vital.
         perawatan luka dengan teknik aseptic mencegah risiko infeksi.
         untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.

         penurunan Hb dan peningkatan jumlahleukosit dari normal membuktikan adanya tanda-tanda infeksi.
         antibiotic mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.




3).Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.
     Tujuan : pasien dapat tidur dengan nyaman
     Kriteria hasil :- pasien mengungkapkan kemampuan untuk tidur.
      - pasien tidak merasa lelah ketika bangun tidur- kualitas dan kuantitas tidur        normal.

INTERVENSI

RASIONAL

         berikan kesempatan untuk beristirahat / tidursejenak, anjurkan latihan pada siang hari, turunkanaktivitas mental / fisik pada sore hari.

         Hindari penggunaan ”Pengikatan” secara terus menerus

         Evaluasi tingkat stress orientasi sesuai perkembangan hari demi hari.



         lengkapi jadwal tidur dan ritoal secara teratur.Katakan pada pasien bahwa saat ini adalah waktu untuk tidur.



         Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi dan masase punggung
         Turunkan jumlah minum pada sore hari. Lakukan berkemih sebelum tidur.

Kolaborasi
         berikan obat sesuai indikasi : Antidepresi, sepertiamitriptilin (Elavil); deksepin (Senequan) dantrasolon (Desyrel).





         Koral hidrat; oksazepam (Serax); triazolam (Halcion).



         Hindari penggunaan difenhidramin (Benadry1).


         Karena aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan kelelahan yang dapat mengakibatkan kebingungan, aktivitas yang terprogram tanpa stimulasi berlebihan yang meningkatkan waktu tidur
          Risiko gangguan sensori, meningkatkan agitasi dan menghambat waktu istirahat.
         Peningkatan kebingungan, disorientasi dan tingkah laku yang tidak kooperatif (sindromsundowner) dapat melanggar pola tidur yang mencapai tidur pulas.
         Pengatan bahwa saatnya tidur dan mempertahankan kestabilan lingkungan.Catatan :Penundaan waktu tidur mungkin di indikasikan untuk memungkin pasien membuang kelebihan energi dan memfasilitas tidur.
         Meningkatkan relaksasi dengan perasan mengantuk

         Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk pergi kekamar mandi/berkemih selama malam hari.


         Mungkin efektif dalam menangani Pseudodimensia atau depresi, meningkatkan kemampuan untuk tidur, tetapi anti kolinergik dapat mencetuskan dan memperburuk kognitif dalam efeksamping tertentu (seperti hipotensi ortostatik) yang membatasi manfaat yang maksimal.
         Gunakan dengan hemat, hipnotik dosis rendah mungkin efektif dalam mengatasi insomnia atau sindrom sundowner.

         Bila digunakan untuk tidur, obat ini sekarang dikontraindikasikan karena obat ini mempengaruhi produksi asetilkon yang sudah dihambat dalam otak pasien dengan DAT ini.

4).Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
     Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas ringan atau total.
     Kriteria hasil :-perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
-pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa   dibantu.
-Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.

INTERVENSI

RASIONAL
         Rencanakan periode istirahat yang cukup.


         Berikan latihan aktivitas secara bertahap.



  Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.

         Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien
         mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan,dan energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal.
         tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan menghemattenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.
         mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.


         menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.


Asuhan Keperawatan Dengan Kasus Hernia
Published by admin on May 13, 2011 | 0 Comment
PENGERTIAN:
  • Hernia adalah suatu tonjolan yang abnormal dari organ organ intra abdominal keluar cavum abdomen dan masih diliputi oleh peritoneum
KLSIFIKASI HERNIA
  1. Hernia externa : yaitu hernia yang tonjolanya tampak atau dapat dilihat dari luar, antara lain :Hernia inguinalis lateralis ( Hernia indirecta ), Hernia inguinalismedialis ( Hernia directa ),Hernia femoralis, Hernia umbilikalis, Hernia supra umbilikalis, Hernia cicatricalis
  2. Hernia interna : yaitu hernia yang tonjolanya tidak tampak dari luar, tonjolan ke fossa intra abdomen, antara lain :Hernia obturatoria, Hernia diafragmatika, Hernia foramen Winslowi, Hernia pada ligament Treitz
PATOFISIOLOGI:
  • Hernia inguinalis indirekta ( lateralis ) : tonjolan keluar melalui anulus internus kanalis inguinalis ke skrotom, dan sebagian besar mempunyai dasar kongenital.
  • Hernia inguinalis directa ( medialis ) : tonjolan keluar melalui segitiga Haselbach, dan merupakan hernia yang didapat ( acquisita ).
  • Hernia femoralis lebih banyak dijumpai pada wanita karena perubahan fisik dan biokemis yang terjadi pada wanita hamil.
    SEGITIGA HASELBACH
  • Segitiga Haselbach adalah tempat keluarnya Hernia Direks, dibatasi oleh: Ligamen Inguinalis (inferior), Tepi otot rectus (medial)dan Pembuluh Epigastrika inferior (lateral)
  • Anulus internus adalah tempat keluarnya hernia indirek
GEJALA KLINIS:
  • Penderita mengeluh ada benjolan pada perut bagian bawah atau pelipatan paha.
  • Benjolan tsb timbul bila mengejan, batuk, berdiri, berjalan, menangis dan menghilang bila penderita tidur.
  • Benjolan bentuknya ellips atau seperti botol
  • Jika benjolan tidak kelihatan, penderita disuruh mengejan maka keluar benjolan dari arah lateral ke medial, kadang sampai skrotom.
  • Bila isi hernia tidak dapat masuk kembali disebut Hernia iresponibilis
  • Bila terjadi penjepitan isi hernia oleh anulus (cincin hernia) disebut Hernia inkarserata
  • Bila terjadi gangguan vaskularisasi dari isi hernia karena penjepitan disebut : Hernia strangulata
DIAGNOSE BANDING
  1. Hidrokel testis
  2. Limfadenopati
  3. Varikokel
  4. Abses inguinal
KOMPLIKASI
  • Hernia inkarserata
  • Hernia strangulata
  • Ileus obstruksi
PENATALAKSANAAN:
  • Simptomatis : untuk nyeri diberi analgesik, untuk dehidrasi diberi infus RL, dan untuk profilaksis keradangan pada hernia inkarserata / strangulata diberikan ampicillin
  • Herniotomi : membuang kantong hernia, ini terutama pada anak anak, karena dasarnya adalah kongenital tanpa adanya kelemahan dinding perut.
  • Herniorraphy : membuang kantong hernia disertai tindakan plastik untuk memperkuat dinding perut bagian bawah dibelakang kanalis inguinalis.
  • Bila penderita menolak operasi atau ada kontraindikasi pembedahan, disarankan memakai sabuk hernia (Truss), dipakai pagi hari waktu aktif dan dilepas waktu malam.
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut. Hal ini seringkali disebut “ ruptur “. Hernia abdominal cendering terjadi pada kelemahan struktural yang didapat atau kongenital atau trauma pada dinding abdominal, yang terjadi karena peningkatan tekanan intrabdomen akibat dari mengangkat benda berat, obesitas, kehamilan, mengejan, batuk atau kedekatannya dengan tumor.
Banyak jenis hernia abdominal yang terjadi, dilkasifikasikan berdasarkan tempat :
1.      Hernia inguinal (paling umum), visera menonjol ke dalam kanal inguinal pada titik di mana tali spermatik muncul pada pria, dan di sekitar ligamen pada wanita. Melalui lubang ini, hernia inguinal yang tidak langsung melebar menuruni kanal inguinal dan bahkan ke dalam skrotum atau labia. Hernia inguinal langsung menonjol melalui dinding inguinal posterior.
2.      Hernia femoral, terjadi dimana arteri femoralis masuk ke dalam kanal femoral, dan muncul di bawah ligamen inguinal di bawah pangkal paha.
3.      Hernia umbilikal, terjadi karena kegagalan orifisum umbilikal untuk menutup. Hal ini paling sering terjadi pada wanita obesitas, anak-anak, dan pada pasien dengan peningkatan tekanan intraabdominal karena sirosis dan asites.
4.      Hernia insisional atau ventral, terjadi melalui dinding abdominal karena kelemahan, kemungkinan juga karena penyembuhan insisi bedah yang buruk.
5.      Hernia parastomal menonjol melalui defek fasial di sekitar stoma dan ke dalam jaringan sub kutan.
PENGKAJIAN
1.      Tonjolan hernia jika pasien berdiri atau mengejan (Valsava manuver) dan hilang pada saat telentang.
2.      Rasa tidak nyaman atau tertarik
3.      Strangulasi – nyeri parah, muntah, pembengkakan kantong hernia, nyeri tekan memantul, demam.
EVALUASI DIAGNOSTIK
1.      Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya tinggi kadar gas dalam usus atau obstruksi usus.
2.      Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih, dan ketidakseimbangan elektrolit.
PENATALAKSANAAN
Intervensi terapeutik
Jika hernia dapat dikurangi dan pasien adalah calon pasien bedah yang buruk, sebuah truss/penopang (bantalan dan sabuk) dapat dipasang dengan tepat di atas area hernia untuk mencegah visera masuk ke dalam kantong hernia. Alat yang hampir sama tersedia untuk hernia parastomal yang dapat dikurangi.
Pembedahan dianjurkan untuk memperbaiki defek dan mencegah strangulasi. Prosedur – prosedurnya meliputi :
a.       Herniorafi – pengangkatan kantong hernia ; isinya dikembalikan lagi ke abdomen ; lapisan otot dan fasia dijahit ; dapat dilakukan melalui laparoskopi pada pasien rawat jalan.
b.      Hernioplasti – melibatkan penjahitan penguatan, untuk memperbaiki hernia yang meluas.
c.       Reseksi usus untuk usus yang iskemik bersamaan dengan perbaikan hernia terstrangulasi.
DIAGNOSA & INTERVENSI KEPERAWATAN
A. Nyeri (khususnya dengan mengedan) yang berhubungan dengan kondisi hernia atau intervensi pembedahan.
Intervensi :
1.      Kaji dan catat nyeri : beratnya, karakter, lokasi, durasi, faktor pencetus, dan metode penghilangan. Tentukan skala nyeri dengan pasien, rentangkan ketidaknyamanan dari 0 (tidak ada nyeri) sampai 10 (nyeri hebat). Laporkan nyeri berat, menetap, yang menandakan komplikasi.
2.      Beritahu pasien untuk menghindari mengejan, meregang, batuk, dan mengangkat benda yang berat. Ajarkan pasien untuk menekan insisi dengan tangan atau bantal selama episode batuk ; ini khususnya penting selama periode pascaoperasi awal dan selama 6 minggu setelah pembedahan.
3.      Ajarkan pasien bagaimana menggunakan dekker (truss), bial diprogramkan, dan anjurkan penggunaannya sebanyak mungkin, khususnya jika turun dari tempat tidur. Catatan : pasang truss sebelum pasien turun dari tempat tidur.
4.      Ajarkan pasien pemasangan penyokong skrotum atau kompres es, yang sering diprogramkan untuk membatasi edema dan mengendalikan nyeri setelah perbaikan hernia inguinalis.
5.      Berikan analgetik sesuai program jika diindikasikan, secara khusus sebelum aktivitas pascaoperasi. Gunakan tindakan kenyamanan ; distraksi, interaksi verbal untuk meningkatkan ekspresi perasaan dan menurunkan ansietas, gosokan punggung, dan teknik reduksi stres, seperti latihan relaksasi. Catat derajat penghilangan yang didapat, dengan menggunakan skala nyeri.
B. Retensi urine (atau risiko terhadap hal yang sama) yang berhubungan dengan nyeri, trauma, dan penggunaan analgetik selama pembedahan abdomen bawah.
Intervensi :
1.      Kaji dan catat distensi suprapubik atau keluhan pasien tidak dapat berkemih.
2.      Pantau haluaran urine. Catat dan laporkan berkemih yang sering <> 20 mmHg, klem kateter sampai tekanan darah pasien kembali ke batas normal.
C. Kurang pengetahuan : Potensial komplikasi GI yang berkenaan dengan adanya hernia, dan tindakan yang dapat mencegah kekambuhan.
Intervensi :
1.      Ajarkan pasien untuk waspada dan melaporkan nyeri berat, menetap ; mual dan muntah ; demam ; dan distensi abdomen, yang dapat memperberat awitan inkarserasi atau strangulasi usus.
2.      Dorong pasien untuk mengikuti regimen pengobatan : penggunaan dekker atau penyokong lainnya dan menghindari mengejan, meregang, konstipasi, mengangkat benda yang berat.
3.      Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi diet tinggi residu atau menggunakan suplemen diet serat untuk mencegah konstipasi. Anjurkan masukan cairan sedikitnya 2 – 3 L/hari untuk meningkatkan konsistensi feses lunak.
4.      Beritahu pasien mekanika tubuh yang tepat untuk bergerak dan mengangkat.
PENYULUHAN PASIEN – KELUARGA DAN PERENCANAAN PEMULANGAN
Berikan informasi verbal dan tertulis kepada pasien dan orang terdekat tentang hal berikut :
1.      Perawatan insisi dan teknik penggantian balutan, jika tepat. Beritahu pasien tanda infeksi pada insisi, yang memerlukan intervensi medis : demam, kemerahan menetap, bengkak, hangat lokal, nyeri tekan, drainage purulen, bau busuk.
2.      Gejala kekambuhan hernia dan komplikasi pascabedah
3.      Pembatasan aktivitas pascabedah sesuai petunjuk : biasanya mengangkat benda yang berat (> 4 kg) dan mengejan dikontraindikasikan selama kira-kira 6 minggu. Antisipasi kembali bekerja dalam 2 minggu untuk pekerja kantor dan 6 minggu untuk buruh.
4.      Pentingnya mekanika tubuh yang tepat untuk mencegah kekambuhan, khusunya jika bila dan bergerak.
5.      Mencegah konstipasi dan mengejan saat defekasi (mis., dengan makan diet tinggi residu (buah-buahan, sayuran, banyak cairan, roti gandum), hindari sereal sangat halus dan pasta (mis., nasi putih, roti putih, mie dan es krim).
6.      Pengunaan laksatif jika diperlukan.
7.      Obat-obatan meliputi nama obat, tujuan, dosis, j